Hal ini berkaitan dengan ketersediaan material dan teknologi bangunan yang berkembang atas sebuah material. Material dengan potensinya diaplikasikan dengan jenis konstruksi material dan teknologi bangunan yang berkembang dan sesuai dengan potensinya untuk diaplikasikan dengan konstruksi yang sesuai. Hal ini yang menjadi dasar mengapa sebuah bentukan bangunan terjadi.
Sebuah contoh yang paling sederhana, posisi gerak tubuh manusia yaitu berdiri, duduk dan tidur. Pada posisi duduk seorang manusia memerlukan alat untuk terbentuk untuk diduduki, apakah itu sebuah batu, potongan kayu ataupun sebuah kursi. Pilihan apakah ia menggunakan batu atau kursi dengan bentukan modern adalah hal yang dihasilkan melalui perbedaan penggunaan material dan teknologi.
Contoh lain yang cukup nyata dalam perkembangan arsitektur dengan penggunaan kaca menunjukkan fakta bahwa setelah kaca menjadi material baru yang berpengaruh pada arsitektur, ia menjadi sumber daya untuk digali potensi materialnya dalam sistem konstruksi yang dapat dikembangkan atas material kaca tersebut. Pengetahuan material dan pengetahuan konstruksi adalah dua pondasi utama mengapa berbagai bentuk arsitektur terjadi dimana teknologi yang diaplikasikan pada sebuah material merupakan diversitas melalui berbagai variabel. Variabel ini bisa menjadi merupakan unsur geo-cultural dan diversitas pada teknologi bangunan atau sebuah material melulu di sebabkan karena perkembangan teknologi setempat yang kebanyakan terisolasi antara satu region geo-cultural ke region lainnya.
Bagaimana manusia dalam sebuah region geo-cultural menganggap bahwa arsitektur semacam ini merupakan arsitektur terbaik, dapat dijelaskan melalui teori evolusi memetika berkaitan dengan material dan teknologi bangunan.
Bagaimana sebuah bentuk bangunan terwujud adalah resultan dari evolusi teknologi terhadap material. Memandang kenyataan ini apabila kita mengambil sudut pandang arsitektur tradisional, arsitektur modern atau jenis sebutan arsitektur lainnya oleh manusia, memiliki elemen pembentuk yang lebih kecil yaitu : material dan teknologi bangunan. Dalam konteks pemikiran saya ini bentuk-bentuk arsitektur tradisional merupakan contoh yang paling lugas dan jernih atas memahami akar tipologi bangunan. Ini menjelaskan kenyataan mengapa konstruksi dinding di Jepang berbeda dengan konstruksi dinding di Roma.
Bukan suatu yang mustahil bahwa opsi memetika ini dapat “dipindahkan” (diadopsi dalam region geo-cultural lain) dari satu region geo-cultural ke geo-cultural lainnya. Namun biasanya aplikasi terhadap pilihan teknologi konstruksi arsitektural didasarkan pada memetika yang berkembang dalam sebuah region geo-cultural dan 'pemindahan' dapat menjadi fenomena yang meng-alienasi atau justru mengangkat derajat sebuah memetika kosakata arsitektur. Didalam evolusi memetika arsitektur tradisional, hal ini adalah sebuah faktor penentu apakah sebuah opsi terhadap bentukan arsitektural akibat pemilihan teknologi terhadap material umum diaplikasikan terhadap bangunan-bangunan dalam sebuah region geo-cultural. Dalam perspektif ini benar salahnya, umum tidaknya, sebuah bentukan arsitektural terjadi merupakan judgement akibat dari evolusi memetika itu sendiri.
GLOSSARY
evolusi:
dalam Wikipedia:
In biology, evolution is change in the inherited traits of a population of organisms from one generation to the next. These changes are caused by a combination of three main processes: variation, reproduction, and selection. Genes that are passed on to an organism's offspring produce the inherited traits that are the basis of evolution. These traits vary within populations, with organisms showing heritable differences in their traits. When organisms reproduce, their offspring may have new or altered traits. These new traits arise in two main ways: either from mutations in genes, or from the transfer of genes between populations and between species. In species that reproduce sexually, new combinations of genes are also produced by genetic recombination, which can increase variation between organisms. Evolution occurs when these heritable differences become more common or rare in a population.
geo-cultural: wilayah / region perkembangan memetika arsitektur spesifik
memetika: Ilmu yang mempelajari meme (kode perilaku manusia) dalam ilmu kebudayaan yang disebarkan dalam model evolusi kebudayaan yang dikembangkan melalui pengembangan teori evolusi Darwin.
FOOT NOTE
[1] Evolusi dalam konteks ini dapat dikaitkan langsung dengan model evolusi dalam biologi yang diaplikasikan dalam model evolusi memetika arsitektur. Baca tulisan saya tentang salah satu teori evolusi memetika dan perbandingan dengan teori evolusi biologi berikut ini:
written by Probo Hindarto (please... tell me if I'm wrong)
***
Tambahan artikel, dikirimkan dalam mailing list AMI (Arsitek Muda Indonesia):
Apakah arsitektur tradisional masing-masing daerah akan terlupakan
seiring berlalunya waktu dan semakin banyak orang beralih kepada
arsitektur 'modern'. Dari perkembangan paling mutakhir di Indonesia,
terutama di kota-kota besar, arsitektur tradisional telah ditinggalkan
oleh sebagian besar masyarakat, arsitek dan mereka yang membangun.
Apakah masih relevan untuk mengaplikasikan kaidah desain arsitektur
tradisional dalam konteks modern yang sama sekali berbeda? Barangkali
inilah yang juga memicu hilangnya jatidiri arsitektur tradisional.
Misalnya, bila sebuah kantor modern didesain, sangat mungkin desain
yang dihasilkan berpijak pada pandangan modern dalam arsitektur, bukan
kaidah desain berdasarkan tradisi. Hal ini mengakibatkan tidak adanya
kesamaan kaidah desain pada denah.
Kemudian, kaidah desain pada tampilan bangunan masih bisa
diaplikasikan. Namun, kemudian timbul pertanyaan; apakah ini bukan
berarti sekedar tempelan? Sayangnya, kemudian sepertinya opsi ini bisa
menjadi kabur karena membatasi kaidah desain modern yang memang sangat
bebas.
Pertanyaan selanjutnya... apakah arsitektur modern menggantikan
arsitektur tradisional? Dan sejauh mana kita memberikan tempat bagi
arsitektur modern untuk benar-benar menggantikan arsitektur
tradisional? Ataukah terdapat sebuah cara agar keduanya berpadu dengan
cukup manis seperti citra 'Ke-Jepang-an' yang muncul dalam banyak
arsitektur karya arsitek modern Jepang?
Adalah ditangan arsitek untuk memunculkan desain dengan muatan
arsitektur tradisional, sebagai sebuah pilihan, dalam kadar
seberapapun (baca http://www.astudio.id.or.id/artdeep4makna.htm). Dari
sisi keberlanjutan tradisi lokal, seberapapun kaidah arsitektur
tradisional muncul dalam desain, adalah keuntungan bagi penerusan
tradisi, yang merupakan 'gen' dari kebudayaan arsitektur lokal (baca
artikel http://www.astudio.id.or.id/artdeep5mengapaarsitektur.htm),
Saat ini, dengan berkembangnya berbagai pilihan material untuk
digunakan dalam konstruksi modern, terdapat pilihan untuk tetap
memiliki 'gen' arsitektur tradisional dalam bangunan modern, meskipun
dalam konstruksi modern. Dengan demikian, dalam pilihan ini jenis
material dan konstruksi yang digunakan tidaklah menjadi masalah, namun
nilai-nilai yang tersisa tetap dapat digunakan, dengan penyesuaian
lebih lanjut sistem konstruksi dengan iklim setempat.
Aspek lain; siapa yang hendak meneruskan tradisi? Dalam era ini,
berbagai perbedaan latar belakang para pelaku dalam dunia konstruksi
merupakan variasi yang menentukan keberlangsungan tradisi. Apakah
orang yang berasal dari Kalimantan (atau bahkan dari luar negeri),
datang ke Jakarta dengan sebuah proyek yang penuh dalam komandonya,
akan membuat desain dengan tradisi lokal Betawi (misalnya)? Ataukah
sebenarnya bangunan dengan nilai tradisi itu cukup diaplikasikan dalam
bangunan-bangunan yang dapat menjadi representasi dari masyarakat
lokal sebuah area, misalnya; kantor kelurahan di Jawa dengan bentuk
arsitektur Joglo khas Jawa. Hal ini adalah hal yang sangat mudah
dimengerti, bila Pemda setempat membakukan sebuah kaidah desain untuk
bangunan-bangunan pemerintah di sebuah kawasan. Tentunya ada tradisi
lokal yang ingin ditunjukkan, merepresentasikan masyarakat lokal yang
ingin diwakili.
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.
Sebuah contoh yang paling sederhana, posisi gerak tubuh manusia yaitu berdiri, duduk dan tidur. Pada posisi duduk seorang manusia memerlukan alat untuk terbentuk untuk diduduki, apakah itu sebuah batu, potongan kayu ataupun sebuah kursi. Pilihan apakah ia menggunakan batu atau kursi dengan bentukan modern adalah hal yang dihasilkan melalui perbedaan penggunaan material dan teknologi.
Contoh lain yang cukup nyata dalam perkembangan arsitektur dengan penggunaan kaca menunjukkan fakta bahwa setelah kaca menjadi material baru yang berpengaruh pada arsitektur, ia menjadi sumber daya untuk digali potensi materialnya dalam sistem konstruksi yang dapat dikembangkan atas material kaca tersebut. Pengetahuan material dan pengetahuan konstruksi adalah dua pondasi utama mengapa berbagai bentuk arsitektur terjadi dimana teknologi yang diaplikasikan pada sebuah material merupakan diversitas melalui berbagai variabel. Variabel ini bisa menjadi merupakan unsur geo-cultural dan diversitas pada teknologi bangunan atau sebuah material melulu di sebabkan karena perkembangan teknologi setempat yang kebanyakan terisolasi antara satu region geo-cultural ke region lainnya.
Bagaimana manusia dalam sebuah region geo-cultural menganggap bahwa arsitektur semacam ini merupakan arsitektur terbaik, dapat dijelaskan melalui teori evolusi memetika berkaitan dengan material dan teknologi bangunan.
Bagaimana sebuah bentuk bangunan terwujud adalah resultan dari evolusi teknologi terhadap material. Memandang kenyataan ini apabila kita mengambil sudut pandang arsitektur tradisional, arsitektur modern atau jenis sebutan arsitektur lainnya oleh manusia, memiliki elemen pembentuk yang lebih kecil yaitu : material dan teknologi bangunan. Dalam konteks pemikiran saya ini bentuk-bentuk arsitektur tradisional merupakan contoh yang paling lugas dan jernih atas memahami akar tipologi bangunan. Ini menjelaskan kenyataan mengapa konstruksi dinding di Jepang berbeda dengan konstruksi dinding di Roma.
Bukan suatu yang mustahil bahwa opsi memetika ini dapat “dipindahkan” (diadopsi dalam region geo-cultural lain) dari satu region geo-cultural ke geo-cultural lainnya. Namun biasanya aplikasi terhadap pilihan teknologi konstruksi arsitektural didasarkan pada memetika yang berkembang dalam sebuah region geo-cultural dan 'pemindahan' dapat menjadi fenomena yang meng-alienasi atau justru mengangkat derajat sebuah memetika kosakata arsitektur. Didalam evolusi memetika arsitektur tradisional, hal ini adalah sebuah faktor penentu apakah sebuah opsi terhadap bentukan arsitektural akibat pemilihan teknologi terhadap material umum diaplikasikan terhadap bangunan-bangunan dalam sebuah region geo-cultural. Dalam perspektif ini benar salahnya, umum tidaknya, sebuah bentukan arsitektural terjadi merupakan judgement akibat dari evolusi memetika itu sendiri.
GLOSSARY
evolusi:
dalam Wikipedia:
In biology, evolution is change in the inherited traits of a population of organisms from one generation to the next. These changes are caused by a combination of three main processes: variation, reproduction, and selection. Genes that are passed on to an organism's offspring produce the inherited traits that are the basis of evolution. These traits vary within populations, with organisms showing heritable differences in their traits. When organisms reproduce, their offspring may have new or altered traits. These new traits arise in two main ways: either from mutations in genes, or from the transfer of genes between populations and between species. In species that reproduce sexually, new combinations of genes are also produced by genetic recombination, which can increase variation between organisms. Evolution occurs when these heritable differences become more common or rare in a population.
geo-cultural: wilayah / region perkembangan memetika arsitektur spesifik
memetika: Ilmu yang mempelajari meme (kode perilaku manusia) dalam ilmu kebudayaan yang disebarkan dalam model evolusi kebudayaan yang dikembangkan melalui pengembangan teori evolusi Darwin.
FOOT NOTE
[1] Evolusi dalam konteks ini dapat dikaitkan langsung dengan model evolusi dalam biologi yang diaplikasikan dalam model evolusi memetika arsitektur. Baca tulisan saya tentang salah satu teori evolusi memetika dan perbandingan dengan teori evolusi biologi berikut ini:
Mengapa arsitektur khas Indonesia pantas untuk diperjuangkan? .
articles by astudio
|
***
Tambahan artikel, dikirimkan dalam mailing list AMI (Arsitek Muda Indonesia):
Apakah arsitektur tradisional masing-masing daerah akan terlupakan
seiring berlalunya waktu dan semakin banyak orang beralih kepada
arsitektur 'modern'. Dari perkembangan paling mutakhir di Indonesia,
terutama di kota-kota besar, arsitektur tradisional telah ditinggalkan
oleh sebagian besar masyarakat, arsitek dan mereka yang membangun.
Apakah masih relevan untuk mengaplikasikan kaidah desain arsitektur
tradisional dalam konteks modern yang sama sekali berbeda? Barangkali
inilah yang juga memicu hilangnya jatidiri arsitektur tradisional.
Misalnya, bila sebuah kantor modern didesain, sangat mungkin desain
yang dihasilkan berpijak pada pandangan modern dalam arsitektur, bukan
kaidah desain berdasarkan tradisi. Hal ini mengakibatkan tidak adanya
kesamaan kaidah desain pada denah.
Kemudian, kaidah desain pada tampilan bangunan masih bisa
diaplikasikan. Namun, kemudian timbul pertanyaan; apakah ini bukan
berarti sekedar tempelan? Sayangnya, kemudian sepertinya opsi ini bisa
menjadi kabur karena membatasi kaidah desain modern yang memang sangat
bebas.
Pertanyaan selanjutnya... apakah arsitektur modern menggantikan
arsitektur tradisional? Dan sejauh mana kita memberikan tempat bagi
arsitektur modern untuk benar-benar menggantikan arsitektur
tradisional? Ataukah terdapat sebuah cara agar keduanya berpadu dengan
cukup manis seperti citra 'Ke-Jepang-an' yang muncul dalam banyak
arsitektur karya arsitek modern Jepang?
Adalah ditangan arsitek untuk memunculkan desain dengan muatan
arsitektur tradisional, sebagai sebuah pilihan, dalam kadar
seberapapun (baca http://www.astudio.id.or.id/artdeep4makna.htm). Dari
sisi keberlanjutan tradisi lokal, seberapapun kaidah arsitektur
tradisional muncul dalam desain, adalah keuntungan bagi penerusan
tradisi, yang merupakan 'gen' dari kebudayaan arsitektur lokal (baca
artikel http://www.astudio.id.or.id/artdeep5mengapaarsitektur.htm),
Saat ini, dengan berkembangnya berbagai pilihan material untuk
digunakan dalam konstruksi modern, terdapat pilihan untuk tetap
memiliki 'gen' arsitektur tradisional dalam bangunan modern, meskipun
dalam konstruksi modern. Dengan demikian, dalam pilihan ini jenis
material dan konstruksi yang digunakan tidaklah menjadi masalah, namun
nilai-nilai yang tersisa tetap dapat digunakan, dengan penyesuaian
lebih lanjut sistem konstruksi dengan iklim setempat.
Aspek lain; siapa yang hendak meneruskan tradisi? Dalam era ini,
berbagai perbedaan latar belakang para pelaku dalam dunia konstruksi
merupakan variasi yang menentukan keberlangsungan tradisi. Apakah
orang yang berasal dari Kalimantan (atau bahkan dari luar negeri),
datang ke Jakarta dengan sebuah proyek yang penuh dalam komandonya,
akan membuat desain dengan tradisi lokal Betawi (misalnya)? Ataukah
sebenarnya bangunan dengan nilai tradisi itu cukup diaplikasikan dalam
bangunan-bangunan yang dapat menjadi representasi dari masyarakat
lokal sebuah area, misalnya; kantor kelurahan di Jawa dengan bentuk
arsitektur Joglo khas Jawa. Hal ini adalah hal yang sangat mudah
dimengerti, bila Pemda setempat membakukan sebuah kaidah desain untuk
bangunan-bangunan pemerintah di sebuah kawasan. Tentunya ada tradisi
lokal yang ingin ditunjukkan, merepresentasikan masyarakat lokal yang
ingin diwakili.
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.
No comments:
Post a Comment