ditulis pada 03 Pebruari 2008, 30 Maret 2008, dan 7 Februari 2011
_________________________________________________________
Musik dan Desain
Esai 1 oleh : Jolanda Atmadjaja Herlambang
Picture: Some rights reserved by Joel Bedford
Musik merupakan satu bentuk kesenian yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi sisi personal manusia, bersifat universal – mampu dinikmati beragam kalangan usia, status, latar belakang budaya, dsb. Kekuatan musik mampu menembus batas ruang dan waktu. Hal ini yang menjadi inspirasi untuk menelaah lebih jauh sejauh mana kekuatan musik mampu merambah pula ranah desain. Tulisan ini merupakan pengantar dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa lebih jauh keterkaitan musik dengan desain, khususnya desain interior dan arsitektur.
Beberapa waktu lalu saya melihat tayangan tentang distro (distribution outlet) ‘berjalan’ - yang memanfaatkan area dalam sebuah bis untuk showroom. Fenomena menarik karena distro bukan sekedar ‘berdagang pakaian’, tapi merupakan bisnis ‘image’ dan gaya hidup. Kasus distro ‘berjalan’ melengkapi gejala penerapan konsep ‘high touch’ dalam sistem penjualan, yang merupakan bentuk ‘komunikasi visual’ yang efektif untuk masa kini.
Pengaruh musik pada desain fashion mulai marak sejak munculnya artis dan kelompok musik fenomenal seperti Elvis Presley, The Beatles, The Rolling Stones, Michael Jackson, Madonna, Bob Marley, dll. Gaya busana artis dan musisi tersebut menjadi trend khususnya di kalangan anak muda.
Fashion dan musik yang menjadi penanda jaman
Some rights reserved by Môsieur J
Distro dikenal di Indonesia merupakan salah satu perwujudan ekspresi diri bagi komunitas ‘underground’, penikmat musik ataupun jenis aliran musik tertentu, juga extreme sport seperti skateboard, surfing,dll. yang dirintis sekitar tahun 1990-an di Bandung. Perkembangan distro menjadi salah satu wujud nyata keterkaitan musik dengan desain dan dilatarbelakangi budaya pop, gaya hidup, konsumerisme sebagai pemicu perkembangan. Karakteristik musik ataupun kelompok band yang diusung menjadi sumber inspirasi bagi visualisasi dari ekspresi diri tersebut, baik dalam bentuk desain merchandise berupa t-shirt, aksesori, tas, produk, cd, maupun desain furniture, interior. Tampilan grafis pendukung image menjadi salah satu upaya penciptaan ‘sense of place’.
‘Sense of place’ yang diciptakan melalui pemanfaatan multi media, audio visual sebenarnya telah ada jauh sebelum budaya pop merebak. Spirit jaman dan dimensi estetis menjadi benang merah antara musik dan desain. Musik dengan beragam kompleksitas komposisinya berkembang sejalan dengan perkembangan pola pikir dan cara hidup masyarakat berikut ekspresi seni dan pemecahan masalah terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Sejak awal peradaban dengan peralatan sederhana musik digunakan untuk hubungan transendental, pelengkap upacara, pengiring tarian, dsb. Pada perkembangan selanjutnya di mana sistem politik, organisasi sosial diterapkan, musik berkembang pula menjadi salah satu pelengkap perang, penyampai pesan, dsb.
Di masa Abad Pertengahan di Eropa dengan Gotik sebagai puncaknya – segala bentuk kehidupan diorientasikan pada kehidupan Gereja (Katolik). Perkembangan musik Gregorian sebagai musik Gereja, penerapan seni kaca patri dan konstruksi bangunan gereja yang monumental (struktur langit-langit tinggi kubah ber-rusuk/ribbed-vault, menara, triforium,dll.) merupakan pencapaian kesan vertikal, agung sebagai ekspresi iman dan simbol hubungan Tuhan dengan manusia.
Musik Barok yang menekankan ornamentasi rumit pun sejalan dengan desain interior dan arsitektur yang berorientasi pada detail dan ornamen di seluruh elemen ruang dan bangunan termasuk penerapan lukisan pada plafon berbentuk kubah. Pada arsitektur gereja gaya Barok dikategorikan bersifat dramatik, ekspresif.
Dalam perjalanan waktu munculnya budaya pop menjadikan sosialisasi musik menjadi lebih pesat berkembang, termasuk industri rekaman. Industri musik menjadi pemicu perkembangan total design : produk, fashion, grafis, interior dan arsitektur sebagai bagian dari sistem pemasaran dan apresiasi seni. Perkembangan teknologi menunjang perkembangan elektro-akustik juga tata suara elektronik dan multi-media. Teknologi digital dan informasi semakin melengkapi keterkaitan musik, seni visual seperti film, seni instalasi, dan desain, di mana internet, mobile phone, dll. menjadi media ampuh untuk penyebaran dan apresiasi.
Kemajuan teknologi memberi warna pula pada perkembangan desain interior dan arsitektur yang mewadahi kegiatan bermusik ataupun kegiatan apresiatif lain, seperti perkembangan desain set panggung pertunjukan, gedung pertunjukan dan museum seni.
Pada kasus desain set panggung : pertunjukan musik, selain ditunjang oleh koreografi, pertunjukan musik didukung pula oleh penerapan set panggung dengan memanfaatkan teknologi lighting, tata suara, panggung bergerak (system hidrolik, berputar,dll.), motion graphic pada layar LED sebagai bagian dari pertunjukan.
Keseluruhan aspek tersebut (lagu, musik, tata cahaya, suara, efek visual lain, motion graphic, dll) menyatu dalam satu tema sesuai karakter pertunjukan yang ditampilkan. Untuk kasus museum salah satu contoh adalah Experience Music Project di Seattle karya Frank O. Gehry, yang merupakan museum musik dengan penerapan teknologi mutakhir, interaktif. Selain berfungsi sebagai museum EMP berfungsi pula sebagai wadah berkumpul para musisi, workshop, studio lab, dsb.
Secara arsitektural penerapan paduan bahan metal pada ruang dan bangunan, pemanfaatan bahan alam untuk area pajang, bentuk-bentuk lentur, penataan tidak teratur, konstruksi baja, penerapan warna beragam : merah, kuning, ungu, biru, dsb. dinamis mencerminkan pula citra perkembangan dinamika perkembangan musik di Amerika khususnya (rock and roll, gospel, R & B,dll.). Dinamika tercermin pula pada penerapan simulasi live concert dengan pemanfaatan teknologi multi media yang sebagai media interaktif, yang ditunjang tata cahaya dan akustik yang memadai.
Frank O. Gehry & Associates
Experience Music Project
Seattle, Washington
Sumber gambar : Flickr, Creative Commons Lisence.
Musik dapat menjadi sumber inspirasi dalam desain. Kepekaan akan prinsip estetika : harmoni, ritme, keseimbangan, penekanan, dll. juga tema dan karakter spesifik lain adalah kunci, yang menjadikan musik sebagai bagian dalam proses perancangan, baik desain produk, tekstil, fashion, grafis, interior, arsitektur maupun kawasan. Kesan psikologis warna, bahan dan konstruksi melengkapi pula perwujudan desain yang utuh dan integral. Sebagai contoh : Musik rock yang berkonotasi maskulin, keras, dinamis dapat divisualisasikan dalam desain interior dan arsitektur melalui penerapan hi-tech pada konstruksi, bahan metal, dominan hitam putih, bentuk geometrik tegas, dengan penataan asimetrik.
Pada perkembangan di era konseptual seperti sekarang area-area publik seperti restoran, café bergaya retro dengan mengambil tema aliran musik tertentu juga merupakan contoh bagaimana kekuatan memori terhadap popularitas jenis maupun kelompok musik tertentu menentukan segala bentuk desain, dari pemilihan jenis dan nama makanan, penyajian, suasana ruang, tampilan grafis, penamaan area makan, brand berikut segala bentuk image yang ingin ditampilkan hingga tampilan fisik interior, arsitektur dan lansekap.
Desain berkembang dinamis sejalan dengan spirit jaman. Keterkaitan musik dengan desain menjadi salah satu fenomena alam yang menunjukkan bahwa desain merupakan harmoni, sebagaimana juga alam semesta. Mikrokosmos mencerminkan makrokosmos.
_________________________________________________________
Arsitektur; Musik yang Beku
Esai 2 Oleh: Probo Hindarto
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.
Beberapa waktu lalu saya melihat tayangan tentang distro (distribution outlet) ‘berjalan’ - yang memanfaatkan area dalam sebuah bis untuk showroom. Fenomena menarik karena distro bukan sekedar ‘berdagang pakaian’, tapi merupakan bisnis ‘image’ dan gaya hidup. Kasus distro ‘berjalan’ melengkapi gejala penerapan konsep ‘high touch’ dalam sistem penjualan, yang merupakan bentuk ‘komunikasi visual’ yang efektif untuk masa kini.
Pengaruh musik pada desain fashion mulai marak sejak munculnya artis dan kelompok musik fenomenal seperti Elvis Presley, The Beatles, The Rolling Stones, Michael Jackson, Madonna, Bob Marley, dll. Gaya busana artis dan musisi tersebut menjadi trend khususnya di kalangan anak muda.
Some rights reserved by Môsieur J
Distro dikenal di Indonesia merupakan salah satu perwujudan ekspresi diri bagi komunitas ‘underground’, penikmat musik ataupun jenis aliran musik tertentu, juga extreme sport seperti skateboard, surfing,dll. yang dirintis sekitar tahun 1990-an di Bandung. Perkembangan distro menjadi salah satu wujud nyata keterkaitan musik dengan desain dan dilatarbelakangi budaya pop, gaya hidup, konsumerisme sebagai pemicu perkembangan. Karakteristik musik ataupun kelompok band yang diusung menjadi sumber inspirasi bagi visualisasi dari ekspresi diri tersebut, baik dalam bentuk desain merchandise berupa t-shirt, aksesori, tas, produk, cd, maupun desain furniture, interior. Tampilan grafis pendukung image menjadi salah satu upaya penciptaan ‘sense of place’.
‘Sense of place’ yang diciptakan melalui pemanfaatan multi media, audio visual sebenarnya telah ada jauh sebelum budaya pop merebak. Spirit jaman dan dimensi estetis menjadi benang merah antara musik dan desain. Musik dengan beragam kompleksitas komposisinya berkembang sejalan dengan perkembangan pola pikir dan cara hidup masyarakat berikut ekspresi seni dan pemecahan masalah terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Sejak awal peradaban dengan peralatan sederhana musik digunakan untuk hubungan transendental, pelengkap upacara, pengiring tarian, dsb. Pada perkembangan selanjutnya di mana sistem politik, organisasi sosial diterapkan, musik berkembang pula menjadi salah satu pelengkap perang, penyampai pesan, dsb.
Di masa Abad Pertengahan di Eropa dengan Gotik sebagai puncaknya – segala bentuk kehidupan diorientasikan pada kehidupan Gereja (Katolik). Perkembangan musik Gregorian sebagai musik Gereja, penerapan seni kaca patri dan konstruksi bangunan gereja yang monumental (struktur langit-langit tinggi kubah ber-rusuk/ribbed-vault, menara, triforium,dll.) merupakan pencapaian kesan vertikal, agung sebagai ekspresi iman dan simbol hubungan Tuhan dengan manusia.
Musik Barok yang menekankan ornamentasi rumit pun sejalan dengan desain interior dan arsitektur yang berorientasi pada detail dan ornamen di seluruh elemen ruang dan bangunan termasuk penerapan lukisan pada plafon berbentuk kubah. Pada arsitektur gereja gaya Barok dikategorikan bersifat dramatik, ekspresif.
Jika kemudian yang dikenal adalah Barok (Inggris: baroque), maka asal-usulnya adalah barroco yang berasal dari bahasa Portugis, untuk menyebut mutiara yang bentuknya tidak beraturan dan digunakan untuk menjelaskan bangunan yang konstruksinya melengkung serta sangat kaya dengan dekorasi.Sementara untuk budaya Nusantara salah satu contoh adalah penerapan kesan dinamis, alami, penerapan warna primer dominan merah, orientasi simbol dan detail, kompleksitas komposisi dan pengerjaan menjadi beberapa ciri bangunan tradisional Bali, yang kita dapati pula sebagai karakteristik perlengkapan seharihari seperti pakaian adat, peralatan dan bentuk seni lain : lukis, musik, tari, dll.
Khususnya tentang musik Barok, orang mengenalnya sebagai musik yang amat emosional. Salah satu ciri utamanya adalah munculnya pencampuran larik-larik melodi yang berlainan. Tetapi, meskipun berlainan, larik-larik tersebut tetap dalam batas asas tempo harmonik. Pada zaman itu komposer melakukan eksperimen dengan instrumen-instrumen berbeda
(http://www.melodiamusik.com/classic/index.php?option=com_content&task=vie w&id=62&Itemid=30 - dikutip dari Kompas)
Dalam perjalanan waktu munculnya budaya pop menjadikan sosialisasi musik menjadi lebih pesat berkembang, termasuk industri rekaman. Industri musik menjadi pemicu perkembangan total design : produk, fashion, grafis, interior dan arsitektur sebagai bagian dari sistem pemasaran dan apresiasi seni. Perkembangan teknologi menunjang perkembangan elektro-akustik juga tata suara elektronik dan multi-media. Teknologi digital dan informasi semakin melengkapi keterkaitan musik, seni visual seperti film, seni instalasi, dan desain, di mana internet, mobile phone, dll. menjadi media ampuh untuk penyebaran dan apresiasi.
Kemajuan teknologi memberi warna pula pada perkembangan desain interior dan arsitektur yang mewadahi kegiatan bermusik ataupun kegiatan apresiatif lain, seperti perkembangan desain set panggung pertunjukan, gedung pertunjukan dan museum seni.
Pada kasus desain set panggung : pertunjukan musik, selain ditunjang oleh koreografi, pertunjukan musik didukung pula oleh penerapan set panggung dengan memanfaatkan teknologi lighting, tata suara, panggung bergerak (system hidrolik, berputar,dll.), motion graphic pada layar LED sebagai bagian dari pertunjukan.
Keseluruhan aspek tersebut (lagu, musik, tata cahaya, suara, efek visual lain, motion graphic, dll) menyatu dalam satu tema sesuai karakter pertunjukan yang ditampilkan. Untuk kasus museum salah satu contoh adalah Experience Music Project di Seattle karya Frank O. Gehry, yang merupakan museum musik dengan penerapan teknologi mutakhir, interaktif. Selain berfungsi sebagai museum EMP berfungsi pula sebagai wadah berkumpul para musisi, workshop, studio lab, dsb.
Secara arsitektural penerapan paduan bahan metal pada ruang dan bangunan, pemanfaatan bahan alam untuk area pajang, bentuk-bentuk lentur, penataan tidak teratur, konstruksi baja, penerapan warna beragam : merah, kuning, ungu, biru, dsb. dinamis mencerminkan pula citra perkembangan dinamika perkembangan musik di Amerika khususnya (rock and roll, gospel, R & B,dll.). Dinamika tercermin pula pada penerapan simulasi live concert dengan pemanfaatan teknologi multi media yang sebagai media interaktif, yang ditunjang tata cahaya dan akustik yang memadai.
Frank O. Gehry & Associates
Experience Music Project
Seattle, Washington
Sumber gambar : Flickr, Creative Commons Lisence.
Musik dapat menjadi sumber inspirasi dalam desain. Kepekaan akan prinsip estetika : harmoni, ritme, keseimbangan, penekanan, dll. juga tema dan karakter spesifik lain adalah kunci, yang menjadikan musik sebagai bagian dalam proses perancangan, baik desain produk, tekstil, fashion, grafis, interior, arsitektur maupun kawasan. Kesan psikologis warna, bahan dan konstruksi melengkapi pula perwujudan desain yang utuh dan integral. Sebagai contoh : Musik rock yang berkonotasi maskulin, keras, dinamis dapat divisualisasikan dalam desain interior dan arsitektur melalui penerapan hi-tech pada konstruksi, bahan metal, dominan hitam putih, bentuk geometrik tegas, dengan penataan asimetrik.
Pada perkembangan di era konseptual seperti sekarang area-area publik seperti restoran, café bergaya retro dengan mengambil tema aliran musik tertentu juga merupakan contoh bagaimana kekuatan memori terhadap popularitas jenis maupun kelompok musik tertentu menentukan segala bentuk desain, dari pemilihan jenis dan nama makanan, penyajian, suasana ruang, tampilan grafis, penamaan area makan, brand berikut segala bentuk image yang ingin ditampilkan hingga tampilan fisik interior, arsitektur dan lansekap.
Desain berkembang dinamis sejalan dengan spirit jaman. Keterkaitan musik dengan desain menjadi salah satu fenomena alam yang menunjukkan bahwa desain merupakan harmoni, sebagaimana juga alam semesta. Mikrokosmos mencerminkan makrokosmos.
. |
Arsitektur; Musik yang Beku
Esai 2 Oleh: Probo Hindarto
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.
No comments:
Post a Comment