20 April 2008 - Catatan Probo Hindarto:
Untuk Artikel 'Home and Garden' edisi Rabu, 9 April 2008, Koran Sindo mewawancarai saya.
Untuk melihat full version artikel, silahkan klik image dibawah ini:
Dalam Koran Sindo:
Gaya Desain Khas Oriental
BUDAYA China mewarisi kekayaan yang melimpah hingga seantero dunia. Arsitektur dan desain interiornya pun turut mendunia. Gaya desain ini pun bisa diadopsi ke dalam hunian di Indonesia. Kebudayaan dari dataran China meninggalkan jejak yang hingga kini masih dapat dijumpai di belahan dunia mana pun. Tradisi yang dipegang kuat oleh bangsa Tionghoa menampilkan sesuatu yang khas dan unik.
Budaya nenek moyang yang selalu terjaga bisa dilihat dengan masih banyaknya bangunan khas Oriental di China, tak terkecuali di Indonesia. "Arsitektur khas Oriental, yang notabene berasal dari dataran China, pada dasarnya adalah arsitektur tradisional berornamen atau berhias," jelas arsitek Probo Hindarto.
Contohnya seperti hiasan pada dinding, pintu, dan jendela yang didasarkan pada mitos dan kepercayaan bangsa Tionghoa. Ornamen yang ada beragam, dari ornamen geometris, motif tanaman, hingga binatang. "Kalau dari segi desain interior, gaya Oriental ditandai dengan penggunaan material kayu,kertas pelapis dinding dan warna yang dominan merah, cokelat tua atau emas," terang desainer interior Timothy Iddo Malachi yang akrab disapa Timmy.
Gaya ukiran dalam interior khas Oriental biasanya berbentuk ukiran seperti naga dan singa. Bunga lotus pun kerap digunakan sebagai motif ukiran ataupun lukisan. Lantas, mengingat bangsa China melestarikan budayanya secara kuat di mana pun mereka berada, arsitektur khas Oriental juga tampak di Indonesia dari elemen-elemen tertentu. Contohnya, atap khas China, warna-warna mencolok seperti merah, biru, dan kuning, atau penggunaan patung naga sebagai wujud kepercayaan masih muncul dalam rumah masyarakat Indonesia keturunan.
"Meskipun dalam penggabungan dua arsitektur berbeda ini (perpaduan Indonesia dan China), biasanya karakter arsitektur Tionghoa yang penuh warna dan hiasan menjadi berkurang, bahkan sebagian besar atau keseluruhan hilang," tambah Probo dari Astudio. Pendapat senada datang dari Timmy.
"Pengolahannya dalam desain interior, misalnya hanya pada penerapan penggunaan warna, aksesori interior,mebel, dan panel divider." Misalnya, warna-warna netral dipadu dengan warna- warna kuat.Warna merah ada pada satu area dinding saja sebagai aksen. Atau warna merah pada sarung bantal, karpet, atau kain sofa gorden.
"Gawangan atau kongliong juga sering digunakan sebagai penyambung antarruang tanpa menggunakan pintu yang berbentuk bulat seperti bulan purnama," ujar Timmy. Menurut Probo yang berdomisili di Malang, material alami seperti batu-batuan, kayu, tanah, banyak digunakan. Material biasanya ditampilkan ?'jujur'' dengan tidak dicat. Misalnya,warna tanah liat untuk genting,warna kayu untuk kolom kayu.
"Mengombinasikan gaya Oriental dengan unsur desain modern malah akan menyenangkan," sarannya. "Tak perlu mengolah seluruh ruangan. Fokuskan pada beberapa hal saja, yang lain dibiarkan lebih sederhana dan modern agar lebih menonjolkan elemen-elemen Oriental karena kekontrasannya," pungkas Timmy dari Igloo design decor.
Anda dapat menyertakan elemen interior seperti lampu dengan desain modern atau seperangkat kursi dan meja makan bergaya Ming. Tentu saja lilin-lilin merah, hiasan dinding semacam baju cheongsam yang digantung di dinding, keramik-keramik China, lonceng angin, atau lampion. ''Tapi dipajang beberapa saja justru menarik perhatian sehingga kita akan merasakan kesannya," imbuh Timmy.
Ditambahkan Probo yang juga mengelola situs arsitektur dan desain interior, "Anda juga dapat menyandingkan pernak-pernik aksesori Oriental dengan aksesori bergaya etnis Jawa karena karakter hiasannya agak mirip."
Dalam mendesain ruangan bernuansa China, langsung tebersit apa harus menggunakan perhitungan fengsui? "Semuanya dikembalikan pada penghuni rumah apakah perlu menggunakan fengsui atau tidak," ucap Timmy.
Namun, akan lebih baik jika menggunakan perhitungan fengsui. Ini akan menyebabkan tak hanya tampilannya yang Oriental, tapi juga dalam penataan ruangnya. Namun, seiring modernisasi pola pikir masyarakat, banyak yang tidak lagi menggunakan fengsui, secara sebagian bahkan seluruh desain ruangannya.
"Tapi tak jarang, masyarakat pribumi menggunakan perhitungan fengshui untuk menata ruang rumah. Hal ini menunjukkan pengaruh arsitektur Oriental bagi masyarakat pribumi di Indonesia," ungkap Probo mantap. Menurut Timmy, yang pernah menyelesaikan proyek desain interior bergaya Oriental, gaya Oriental ini lebih abadi dan mudah diadaptasikan tanpa harus terkesan kuno.
Di samping itu, saat ini banyak kain atau wallpaper bermotif bambu atau bunga semacam lili, peoni, dan lotus yang memperkuat nuansa Orientalnya. "Semuanya harus terlihat proporsional jangan sampai terkesan berlebihan." Mengingat gaya hidup modern yang mementingkan segi praktis, adaptasi dan modifikasi gaya khas Oriental ini jauh lebih baik agar segala sesuatunya lebih sederhana dan tidak repot dalam perawatannya. (sindo//nsa)
Pertanyaan dalam wawancara Sindo dengan mbak Adelia Risyani.
Photo by John Bryan, stock.xchange
1. Apa ciri2 arsitektur dan desain khas oriental?
Arsitektur khas Oriental, yang notabene berasal dari dataran Cina, memang memiliki akar budaya yang sangat tua dan dilestarikan dengan baik selama beribu-rubu tahun. Tak heran bila para keturunan Tionghoa bila berada di daerah baru juga selalu membawa budaya mereka yang mengakar kuat. Demikian pula dengan arsitektur khas oriental. Arsitektur ini pada dasarnya adalah arsitektur tradisional berornamen/ berhias. Sama seperti kebudayaan Eropa yang memiliki ornamen atau hiasan khas arsitektur mereka, arsitektur khas oriental juga memiliki kekhasan bentuk-bentuk ornamentasi, seperti hiasan pada dinding, pintu dan jendela yang didasarkan pada mitos dan kepercayaan bangsa Tionghoa. Ornamen yang ada beragam dari ornamen geometris, motif tanaman dan binatang. Arsitektur Tionghoa tradisional sangat dipengaruhi oleh kepercayaan mereka, seperti patung dewa-dewa, naga. Ciri arsitektur lainnya seperti penggunaan Feng Shui untuk arsitektur cukup memberikan banyak batasan sekaligus kreativitas dalam penataan ruang, perabot dan aksesori rumah lainnya. Karakter bangsa Tionghoa yang juga cukup menghargai dunia material terlihat pada penggunaan hiasan yang sangat rumit, indah, serta bernilai seni tinggi, karena menunjukkan kekayaan secara material dianggap menambah martabat bagi sebagian orang Tionghoa tradisional. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Jawa, dimana masing-masing bagian dari bangunan tradisional khas oriental selalu memiliki makna, dari atap hingga ke pondasinya.
2. Bagaimana modifikasinya ke dalam rumah masyarakat Indonesia?
Secara umum, sebagai bangsa besar yang banyak tersebar di berbagai negara, mereka yang berasal dari dataran Cina ataupun para keturunannya masih memegang teguh budayanya, namun sekaligus beradaptasi dengan budaya baru di tanah baru. Seperti terjadi di Indonesia, masih banyak unsur-unsur budaya cina yang masih bisa ditemukan dalam rumah-rumah mereka dari suku Tionghoa, seperti misalnya gantungan, hiasan bergambar dewa, bagi yang masih memegang kepercayaan aslinya. Meskipun dalam penggabungan dua arsitektur berbeda ini, biasanya karakter arsitektur Tionghoa yang penuh warna dan hiasan menjadi berkurang, bahkan sebagian besar atau keseluruhan hilang. Hanya yang tersisa adalah penataan ruang, perabot yang masih menggunakan feng shui. Tak jarang elemen-elemen tertentu, seperti atap khas Cina, warna-warna mencolok seperti merah, biru dan kuning, atau penggunaan patung naga sebagai wujud kepercayaan masih muncul dalam rumah masyarakat Indonesia keturunan.
Bahkan tak jarang, masyarakat pribumi juga menggunakan perhitungan feng shui untuk menata ruang rumah. hal ini menunjukkan pengaruh arsitektur oriental bagi masyarakat pribumi Indonesia.
3. Bagaimana warna dan bahan materialnya?
Dari segi warna, tampilan bangunan arsitektur oriental memang unik, karena menggunakan warna-warna berani seperti merah, biru, hijau, dan kuning. Masing-masing warna memiliki arti sendiri, seperti warna merah yang menyimpan simbol kemakmuran. Warna-warna ini seringkali menjadi warna dominan maupun aksen dari arsitektur baru yang modern, misalnya menjadi aksen warna salah satu dinding dalam ruangan. Untuk bahan material, dari arsitektur aslinya, banyak menggunakan material alami seperti batuan, kayu, tanah. Material biasanya bila tidak diberi cat/warna, akan ditampilkan secara jujur, seperti warna tanah liat untuk genting, warna kayu untuk kolom kayu (tidak dicat), bahkan warna material yang lama atau tua menjadi keunggulan visual dan makna tersendiri.
4. Apa harus sesuai fengshui dalam menatanya?
Biasanya, akan lebih baik bila dalam menata ruang-ruang rumah gaya oriental, dengan prinsip perhitungan feng shui, karena dengan demikian, tidak hanya tampilan saja yang oriental, juga dalam penataan ruangnya. Namun, seiring dengan modernisasi pola pikir masyarakat keturunan Tionghoa saat ini, banyak yang tidak lagi menggunakan feng shui, secara sebagian bahkan seluruh desain ruangannya.
5. Apa keunggulan arsitektur dan desain khas oriental ini?
Desain khas oriental, memiliki akar budaya yang kaya dan bermakna, karena itu merupakan kebanggan tersendiri bila dapat diterapkan dalam desain baru. Dalam hal ini akan menyenangkan sekaligus unik untuk mengkombinasikan gaya oriental dengan unsur-unsur desain gaya modern, karena menambah perbendaharaan arsitektur rumah tinggal. Selain itu, karakter arsitektur yang berhias atau berornamen dapat dengan mudah dipadukan dengan unsur etnis arsitektur tradisional daerah Indonesia, misalnya arsitektur Jawa, karena secara umum, karakter hiasannya agak mirip. Misalnya; kita dapat menyandingkan pernak-pernik aksesori oriental dengan aksesori bergaya etnis Jawa.
6. Apa yang harus diperhatikan jika ingin mendesain rumah dengan sentuhan khas oriental?
Pertama, tentukan sejauh mana sentuhan oriental hadir, apakah dengan menggunakan prinsip feng shui, atau hanya secara tampilan mengadaptasi beberapa unsur saja; seperti penggunaan warna, aksesori ruangan, hiasan geometris khas Cina, hiasan figuratif tanaman atau binatang, dan sebagainya.
Sesuaikan dengan gaya arsitektur yang digunakan, misalnya bila menggunakan gaya modern, maka sentuhan oriental juga harus mengikutinya; dalam arti tidak menggunakan ornamen/ hiasan yang terlalu banyak karena justru akan menghilangkan kesan modern itu.
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.
No comments:
Post a Comment