Wednesday, March 11, 2009

Konsep Desain Rumah Modern - Etnik [artikel di koran Sindo]

Sekali lagi, saya muncul artikel di Koran Sindo kemarin, tanggal 11 Maret 2009. Terimakasih pada koran Sindo yang masih mempercayai saya sebagai narasumber pada berbagai artikel tentang rumah tinggal. Artikel kali ini tentang memberikan sentuhan etnik pada arsitektur modern (atau banyak yang menyebutnya 'minimalis'). Memberikan sentuhan etnik bisa memberikan warna bagi arsitektur modern yang cenderung polos.


Simak selengkapnya dalam artikel Sindo berikut:


dalam koran sindo 11 Maret 2009
Mengenal Konsep Desain Modern-Etnik
KOLABORASI: Langgam hunian modern bisa dikawinkan dengan langgam lain, semisal etnik. Sofa, standing lamb, dan lemari cabinet yang merupakan furnitur modern berpadu apik dengan lukisan wanita Bali serta pahatan patung kayu.
MENURUT konsep modernisme,desain yang baik adalah yang memperhatikan kesederhanaan bentuk, fungsional, dan estetis. Atas dasar ini,maka smart design sebenarnya tidak harus bergaya kontemporer, mewah, atau berteknologi canggih. 
Menurut arsitek Probo Hindarto, smart design dihasilkan dari proses pemikiran yang luas dan berkualitas, dengan hasil yang simpel,fungsional,serta indah. Dalam perkembangannya, paham modernisme menerima banyak kritik, juga mengalami penyempurnaan bertahap. Sebab,modernisme dianggap terlalu ”sibuk” dengan prinsip-prinsip perhitungan matematis, analisis struktur, teknik produksi, standardisasi, efisiensi, dan hal-hal yang bersifat rasional lainnya. 
”Desain modern yang seharusnya mampu menjadi media pengungkapan budaya, kemanusiaan, moral, fantasi, selera, dan nilai-nilai keindahan justru menjadi tersingkir. Sebab, citra desain modern hanyalah desain yang bebas ornamen serta mengekspresikan kepresisian bahasa mesin, serbapolos, bentuknya kotak-kotak, sederhana, dan serius. Semua seolah antikemanusiaan,”tutur Probo
Bagi para pengamat desain,kegagalan yang paling parah pada modernisme adalah ketidakmampuannya mengangkat peran sosial sebuah desain. Desain terlalu seragam, tak komunikatif, tidak memberikan pengalaman estetik bagi pengamat, dan bersifat anonim. Bentukbentuknya terlalu rasional, seolah merupakan pengagungan kehebatan akal manusia dalam menjawab tantangan alam. Terkadang, desain ini kontras dengan karya-karya budaya lokal atau tradisi daerah setempat. Meski begitu,langgam modern bisa saja dikawinkan dengan langgam lain.
Contohnya, mewujudkan hunian berkonsep modern etnik. Gaya etnik itu sendiri sangat beragam. Kita, orang Indonesia, memiliki begitu banyak variasi etnis sehingga jika dipandang dari segi desain, kita akan punya banyak sekali pilihan. ’’Biasanya gaya etnik yang sering dipakai untuk konsep rumah adalah Jawa dan Bali. Kalaupun ada gaya Dayak dan sebagainya, itu jarang sekali,” timpal arsitek dan desainer interior Riantono Hermawan. Ada dua gaya yang populer diadaptasi ke dalam hunian, yaitu Bali dan Jawa. 
Menurut Probo, yang lebih digemari adalah Bali ketimbang Jawa. Analisa itu datang dari citra Bali yang dekat dengan nuansa liburan, sehingga memberikan efek rekreasi pada psikologis penghuninya. ”Kalau Jawa biasanya memang karena penghuninya suka dengan gaya Jawa.Kesan yang timbul juga dekat dengan kemewahan,” imbuh Probo.Kesan mewah itu didapat lantaran beberapa jenis furnitur dengan etnik Jawa dikenal mahal, misalnya bahan kayu jati, ukiran Jepara,dan sebagainya. Mendesain rumah modern-etnik tidaklah sulit. Anda hanya perlu merancang rumah seperti biasanya dan desain denah rumah tetap mengikuti kebutuhan kita sehari- hari. 
”Ruang-ruangnya ditata sedemikian rupa agar fungsional, simpel, dan mengikuti kebutuhan penghuni.Karena saat ini pola pikir manusia selalu ingin yang instan, efisien, serta multifungsi sehingga tecermin dalam desain rumahnya,” ujar Probo. Jika Anda hanya ingin menjadikan etnik sebagai unsur, ada hal yang perlu diperhatikan.Analoginya seperti ini, jika rumah Anda yang bergaya modern ingin ditambahkan unsur etnik,Anda tidak perlu melakukan perombakan atau penataan yang major. 
Cukup dengan memberi hiasan- hiasan, ornamen atau pernak-pernik etnik,mudah bukan? ”Komposisinya bisa 50-50 atau bahkan 75-25, tergantung selera. Hanya saja, sebaiknya komposisi etnik lebih sedikit, karena gaya modern cenderung simpel, sedangkan etnik sangat complicated. Kalau digabung dengan porsi sama, gaya etniknya akan lebih mencolok,” jelas Riantono.
Dengan komposisi etnik lebih sedikit, maka unsur modern lebih kuat, sehingga tepatlah dikatakan sebuah hunian berkonsep modern-etnik. (johana purba) 






________________________________________________
Photos by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.

No comments:

Post a Comment