Tuesday, October 26, 2010

Rumah Kampung Palembang / Kampong houses in Palembang

astudioarchitect.com Dari perjalanan Nasrul Amin di Palembang, Sumatera Selatan. Pada umumnya, rumah adat di Indonesia adalah rumah panggung. Yang kemudian tradisi tersebut masih terus dilakukan pada rumah tinggal yang berada diperkampungan. Dengan bahan yang sederhana yaitu kayu, rumah itu didirikan. Begitupun dari pengamatan rumah-rumah di Palembang, sebagian besar rumah disana adalah rumah panggung dan terbuat dari kayu. Kondisi tanah yang basah (rawa) maka desain rumah panggung merupakan suatu pemecahan yang tepat. Atau karena kondisi suhu lingkungan yang panas, bisa jadi desain rumah panggung memberi penghawaan ruang yang baik. Dan biasanya rumah-rumah tersebut memiliki bentuk dan desain yang sama.

Mostly, traditional houses in Indonesia are 'stage houses' (houses that are raised above ground level). The tradition kept to be used in dwellings in kampongs (the calling for group of houses). With simple material like woods, the house stood. And that what we saw in Palembang, mostly the houses are stage houses and made of woods. The condition of wetland made the people need a good solution. Or because of the hot climate, the stage houses give good airflow inside the rooms. Usually the houses have certain kind of shape and designs.







Area bawah dari rumah tersebut juga difungsikan oleh pemakainya, sebagai tempat penyimpanan, kandang dan lain sebagainya sesuai dengan aktivitas pemakainya. Dulunya area ini adalah area terbuka, namun saat ini sebagian besar rumah disana telah menjadikan area ini tertutup,dijadikan sebagai tempat usaha, ruang lain untuk ditinggali dan sebagainya. Kondisi lingkungan, kebutuhan, kemajuan zaman merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk dari rumah-rumah tersebut. Sulitnya bahan baku kayu, yang menjadikannya mahal. Kebutuhan dari pemakai yang semakin meningkat. Dan perkembang zaman yang mempengaruhi pola pikir manusia. Pemakaian bahan bangunan selain kayu seperti beton, kaca, besi dan sebagainya sudah banyak dilakukan disana. Perubahan-perubahan tersebut terus terjadi, yang pada akhirnya akan menghilangkan identitas permukiman tersebut dan juga identitas karya arsitekturnya. Terlepas dari benar dan salah, inilah fakta yang terjadi. 

Suasana ruang dalam dalam sebuah rumah yang menggunakan material kayu untuk bahan dinding dan konstruksi rumah panggung. Perhatikan bahwa ruangan tidak dilengkapi dengan berbagai furniture berat, namun hanya alas seadanya untuk meminimalkan beban hidup bangunan.



interior. The situation inside a house which uses wood material for the wall and the construction of the 'stage house'. Notice that the room is not completed with heavy furniture, but a simple mat to minimize the live load of the building.

The wetland area of the house could also have a function, as a storey, animal storey and other function according to the user. Usually the area was opened area, but now these lower part of the houses are closed, made to be store, other room to live, or other purposes. The condition of the environment, the need and the changes of mindset are factors to influence the shape and functional transformations of the houses. The lack of timber, made it more expensive. The possible way is to use other material instead of wood, like concrete, glasses, iron and other. These changes are kept going on, that finally may loosen the local architectural identity. This is fact going on.

new monument.

masjid akulturasi arsitektur barat, cina, lokal (Sumatra), yang berpadu harmonis. 
________________________________________________
Written and photography:
by Nasrul Amin
© Copyright 2008 Nasrul Amin.
All rights reserved.

No comments:

Post a Comment